Usaha Menembus Angkasa
Anak kecil itu sudah terlalu gila. Berani-beraninya
menuju ke pulau orang tanpa satupun teman. Memang kabarnya, dia pernah juga
melakukan hal seperti itu. Pergi sendirian, tanpa pamit orang tua. Dan pulang-pulang
nisa membawa kebahagiaan. Tapi tidak dengan kepulangannya untuk kisah keduanya.
Dia terlihat murung, bahkan dia sempat tidak mau pulang ke tanah kelahiran. Dia
sudah nyaman dengan kerasnya hidup di ibu kota. Dan dia merasa tak akan tahan,
beban hidup yang pasti akan bertambah berat, ketika dia kembali ke tanah
kelahirannya. Terlalu nyaman berada di atas awan, saat dia di peluk sang Tuhan.
Dia tak rela waktu itu berjalan sangat singkat. Angkasa sebagai tempat
pengaduannya pada Tuhan. Katanya dia tidak akan bisa terbang setinggi ini,
kalau belum pernah diinjak sedalam pusat bumi. Memang terlalu berlebihan, tapi
inilah kisah anak jalanan…
Dia adalah Anggun, si pemimpi sejati yang bisa
terbang naik pesawat terbang. Saat ini telah dia dapatkan sudah impian-impian
menembus angkasa yang tinggi. Seratus catatan-catatan mimpinya satu-persatu
sudah dia coret. Itu artinya dia sudah berhasil menaklukkan mimpi itu. Dia
sudah terbiasa dengan hal berimajinasi. Ketika kecil, dia membayangkan dirinya
menjadi seorang guru kemudian di masa SMA-nya dia menulis semua impian-impian
tertingginya. Tidak tanggung-tanggung dia menulis 100 cita-cita yang hendak
diraihnya. Setelah mendapat suplemen motivasi dari seorang yang mengisi di
acara sekolanya dia tergerak hatinya. “Kalau mau impian-impiannya tercapai,
jangan Cuma di angan. Harus di tulis !”. Diapun menurut, menulis segala hal
gila yang memenuhi otaknya selama ini. Imajinasinya semakin liar, dengan
tulisan-tulisan yang membuatnya kadang tertawa. Tapi bukan mustahil untuk
seorang hamba. Rupanya usaha nya tidak sia-sia. Dengan do’a, dia dipertemukan
dengan orang-orang yang membawanya ke lingkungan positif. Dengan usaha, dia
dengan segera bisa meraih salah satu cita-citanya. Menjadi seorang guru. Ya,
dia telah berhasi menjadi seorang guru dengan cepat tanpa kuliah terlebih dulu.
Baginya, menjadi seorang guru yang terpenting adalah tahu materi dan bisa
membaur dengan anak didiknya. Tapi kehkawatiran muncul, tatkala satu tahun masa
mengajarnya berjalan. Dia sering mendapat banyak tamvaran. Berbagai masalah
sulit dia atasi, karena keterbatasan ilmu dan kemampuannya terbatas. Hanya bisa
saba dan menyerahkan smeuanya kepada Sang Pencipta. Setahun impian itu
telah terwujud, dan sudah ia coret
dengan tinta biru. “Ya Rabb, mimpi mana lagi yang akan aku coret selanjutya ?”
Hari-berganti hari. Hidup yang singkat
tetap berjalan karena memang belum waktunya kiamat. Anggun masih saja berada di
lembaga tempat dia menjadi guru pendamping. Diam-diam dalam hati dia berkata “Kalau
aku tetap berada ditempat ini, itu artinya aku
selamanya akan seperti ini. Mana mungkin Gusti Allah beri lebih banyak
rezeki kalau terus stagnan di titik ini”. Kembali dia berpikir keras “Aku harus
segera bereskan semua yang disini. Aku akan terbang di akhir ahun 2019 besok. Katanya
dalam catatn diary nya setahun yang lalu. Dia semangat sekali mengerjakan rapor
murid-muridnya dengan alasan sebentar lagi dia akan pergi ke tanah rantau. Dia masih
punya banyak impian yang harus diwujudkan. Dia berencana melanjutkan studi nya
di sebuah universitas impian.
Komentar
Posting Komentar