Cerita Lolos Beasiwa Cendekia BAZNAS 2020

Assalamu’alaikum, teman-teman semua bagaimana kabarnya ?

Semoga baik semuanya ya.

Kali ini, Anggun mau berbagi cerita tentang kesyukuran. Ini bukan kisah nyari sinyal di bawah pohon cengkeh seperti ini lagi ya. http://inspirasianggunzth.blogspot.com/2020/05/ceritakesyukuran-di-bawah-pohon-cengkeh.html. Karena sekarang aku sudah kembali ke rutinitas seperti biasanya. Yaitu di pondok pesantren. Karena masih dalam masa karantina, jadi di pondok lumayan selow. Dan ngaji diniyyah pun belum di mulai, jadi aku punya banyak waktu buat nulis. Do’akan ya, biar project menulisku lancar semua. Amiin ya rabbal’alamin. Buat kamu juga yang lagi baca ini, terus semangat apapun yang terjadi. Tetaplah menjadi diri sendiri.

Ok, kali ini aku bakalan share cerita. Kenapa aku bisa lolos beasiswa  BAZNAS. Yaps, beasiswa   yang di berikan oleh lambaga Badan Amil Zakat Nasional baru saja kemarin sore pengumunan finalnya. Aku nulis ini karena ada temen yang minta. Padahal aku ndak pernah kepikiran bakalan share soal beasiswa di blog pribadiku ini. Tapi setelah aku pikir, ada baiknya juga. Kalau suatu saat ada yang ingin tahu soal informasi beasiswa Cendekia BAZNAS bisa baca-baca tulisanku ini. Tapi aku ndak akan banyak bahas soal apa itu beasiswa BAZNAS, karena sudah banyak informasinya. Dan karena nama blogku ini “inspirasiangguzth” jadi aku bakalan share aja soal perjalanan aku mendapatkan beasiswa ini. Semoga bisa jadi sedikit inspirasi buat teman-teman semua.

 

Oke

CEKIDOT

 

Jadi aku pertama kali dapat informasi beasiswa ini dari seorang dosen. Dosennya itu baik banget, pokoknya super pengertian. Tahu rasanya menjadi mahasiswa yang berlatar belakang biasa-biasa saja karena aku yakin beliau pun dulu pernah rasanya menjadi aku. Makanya setiap kali ada info apa-apa selalu ngasih tahu aku. Tentunya soal beasiswa BAZNAS ini. Entah kenapa, pas pertama kali liat info beasiswa ini rasanya aku kaya ada cocok gitu. Cocok gimana yang dimaksudnya Nggun ? Gini beasiswa yang tersedia untuk kampusku adalah beasiswa kategori teladan muda.Cendekia BAZNAS kategori Teladan Muda adalah mereka yang saat ini memegang komitmen berprestasi dan menjadi yang terbaik di bidangnya, adalah penerima beasiswa yang berprestasi di bidangnya masing-masing melalui partisipasi-aktif di berbagai kompetisi, baik skala nasional maupun internasional. Kemampuan menulis, menggagas ide kreatif, memahami literasi kontekstual, memecahkan masalah, dan berpikir solutif menjadi salah satu kriteria yang tidak terpisahkan sebagai penerima beasiswa” (Sumber:  Modul beasiswa Cendekia BAZNAS 2020).

Selain kategori teladan muda, ada dua kategori lagi yaitu Studenpreneur dan aktivis muda. Kalau aku cermati masing-masing kategori aku merasa cocok dengan Teladan Muda. Karena aku sendiri sudah lama tidak terjun ke dunia enterpreneur dan aktivis.

Syarat khusus kategori Teladan Muda diantaranya:

1.       Berasal dari bidang ilmu zakat, psikologi, komputer, komunikasi, dan semua jurusan di fakultas pendidikan dan keguruan minimal akreditasi B.

2.       Pernah mengikuti kompetisi apapun, minimal satu kali di level kampus.

3.      Memiliki dan aktif dalam akun media sosial

4.      Memiliki aktivitas sosial di masyarakat lebih direkomendasikan

Dan kali ini, aku bakal bahas poin ini satu-satu ya. Di syarat pertama, aku memenuhi syarat sebagai mahasiswa jurusan pendidikan . Lebih spesifiknya Pendidikan Agama Islam (PAI). Kedua, aku memang pernah mengikuti beberapa kompetisi. Di tingkat kampus aku pernah ikut Lomba Hari Kunjung Perpustakaan. Dan di akhir perlombaan, ternyata aku dinyatakan layak menjadi Duta Perpustakaan. *Bukan duta shampo lain ya... hehe... Eh, aku ndak sendiri loh. Ada juga satu kakak tingkatku yang menjadi Duta Perpustakaan juga. Aku belajar banyak sama kakak tersebut, karena ternyata dia juga suka menulis. Bahkan sudah keliling beberapa pulau di Indonesia. Dan di satu event kita juga pernah terbag bersama. Yaitu di The Borneo Undergraduate Academic Forum 2019 (BUAF). Konferensi pertama yang pernah aku ikuti di tahun 2019 kemarin. Alhamdulillah, senang sekali bisa merasakan betapa nikmatnya naik pesawat. Rupanya dari sana aku semakin terpacu semangatnya untuk menulis. Beberapa kali aku mencoba menulis, karya tulis ilmiah, puisi, cerpen sampai opini. Hanya beberapa saja yang goal. Puisi pertama aku di publish di Simalaba.net ini dia link nya http://www.simalaba.net/2018/12/puisi-puisi-yuliana-sastra-harian.html?fbclid=IwAR0MNLLAtTJykMWp6N8lv3wXQv3nUF21Pd_-6I3jcgFE6qzSwuFFq6_JS2s. Kalau cerpen dan opini belum pernah sama sekali berhasil publish. Tapi aku evaluasi setiap apa yang baru saja aku lakukan. Ternyata baru karya tulis ilmiah yang aku buat selalu lolos. Pertama aku menulis di BUAF hasilnya menjadi proceeding. Kedua aku iseng-iseng ikut call for Essay di Magister UIN Sunan Kalijaga. Tenyata tulisanku berhasil di muat juga. Sekarang sudah di cetak, judul bukunya “Pendidikan di Era Disrupsi”. Jadilah aku menjadi seorang penulis. Dan sekarang aku sedang dalam proses menuju final lomba karya tulis ilmiah nasional PRISMA Universitas Mataram 2020. Alhamdulillah beberapa bulan yang lalu tulisanku bersama salah satu kakak tingkatku berhasil masuk 15 besar. Suatu kebanggan tersendiri bagi aku dan kakak tingkatku. Karena kita tidak lama lagi akan terbang ke Lombok, Mataram. Tapi ternyata, Covid-19 menyerang. Final akhirnya dilakukan secara daring. Minta do’anya ya, teman insya Allah 26-28 adalah tanggal finalnya. (Insya Allah ada part khusus ini besok).

Begitulah kira-kira kenapa aku merasa yakin bisa memenuhi syarat khusus kedua beasiswa ini. Di syarat khusus nomer 3, aku memang sedikit agak ragu. Karena di media sosial aku sebenarnya tidak terlalu aktif. Postingan hanya beberapa saja terutama di Ig dan FB. Karena aku lebih sering menggunakan wa untuk semua akses curhat sana-sini. Tapi aku jujur saja, ketika ditanya sama pihak kampus gimana aku di medsos. Ya, aku memanfaatkan medsos untuk mecari info-info tertentu saja. Ex: infol lomba menulis, info beasiswa, etc. Next, poin nomer 4. Aku agak mikir panjang soal syarat khusus yang satu ini. Karena aku sendiri sementara saat ini tidak terjun langsung di masyarakat. Aku tinggal di pondok pesantren, jadi hanya miniatur masyarakat yang aku dapati. Membahas soal aktivis, aku pun bukan termasuk golongan aktivis baget di kampus. Aku hanya ikut satu organisasi, dan sekarang sudah tidak. Karena aku sedang merintis komunitas kepenulisan khusus jurusan bersama dosen dan komunitas kepenulisan khusus di perpustakaan. Aku rasa ketertarikanku  memang di dunia tulis menulis. Ya, meskipun sebenernya tulisan aslinya jelak banget, tapi aku suka typing-typing di laptop. Jadi tetep saja orang menganggapku seorang penulis. Untuk keterlibatan di masyarakat, sebenarnya aku ikut organisasi khusus remaja dusun. Setahun yang lalu aku ditunjuk menjadi koordinator remaja putri, tapi karena aku pindah domisili jadi aku hanya ikut aktif via media sosial saja. Ada sesuatu yang membuat aku salut dengan pemuda di dusunku. Mereka semangat sekali berorganisasi meski ada yang di rantau dan di kampung. Bangunlah jiwa penelitiku, untuk menulis kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemuda di sana. Dan hasil tulisan itu yang mengantarkanku sampai final LKTIN Prisma 2020 ini. Dari sini aku mengambil poin penting, bahwa persaudaraan yang kuat akan menjadikan maslahat. Dan sebaik-baiknya adalah yang bermanfaat. Aku ingin menjadi inspirasi bagii anak-anak desaku untuk terus melanjutkan studi. Tidak hanya lulus sekolah, bekerja terus menikah.

Oh iya bercerita soal asal tanah kelahiranku, aku ini dilahirkan di sebuah desa yang berada di pegunungan. Pola pikir mayoritas masyarakat masih belum terbuka soal pendidikan anaknya. Bahkan diantara teman-teman ku saat ini hanya aku yang bisa melanjutkan studi sampai kuliah. Kebanyakan dari mereka memilih bekerja dan beberapa mengaku memang sudah malas untuk sekolah lagi. Males mikirlah, pengin mbojolah, pengin due duit sing akehlah, ya seperti itu gambarannya.

Dan sejak kecil, aku memang seorang yang cukup pendiam. Diam-diam mencintaimu... Eh, maksudnya diam-diam aku berbeda pemikiran dengan mereka. Aku sama sekali tidak tertarik dengan berkerja di atau orang. Kerja di perusahaan dengan sistem kontrak atau bekerja menjadi pembantu rumah tangga di perantauan. Aku rasa sudah cukup dengan ibuku menjadi pembantu rumah tangga dan bapakku seorang pedagang es keliling. Aku tidak mau seperti mereka. Harus lebih baik !

Rupanya ibu dan bapakku mendukung. Karena mereka pun sependapat, aku harus menjadi orang yang sukses. Entah seperti apa sukses yang dimaksud oleh ibuku, yang terpenting aku harus menjadi anak yang mampu merubah keadaan. Aku harus menjadi perempuan yang berpendidikan. Setelah di pertimbangkan, aku memilih di Purwokerto. Selain dekat dengan kota asalku, juga biaya yang tidak terlalu mahal. Meskipun pertamanya orang tua merasa keberatan dengan jumlah UKT yang terlalu besar, tapi aku sudah memula semuanya. Aku harus terus berjuang sebagaimana orang tauaku di sana berjuang. Aku ingat masa-masa di mana aku sangat tertekan. Karena pernah h-5 pembayaran UKT uangku masih kurang 500.000. Aku berusaha menghadap warek III dan meminta bantuan untuk menurunkan UKT. Tapi nyatanya tidak ada hasil. Dan aku nekat mengambil gaji dua bulanku di perpustakaan. Ya. Alhamdulillah aku mendapat kesempatan menjadi mitra pustakawan selama 6 bulan. Tugasnya adalah shelving (menata buku-buku ke dalam rak) dan membantu pemustaka untuk melakukan pencarian buku-buku. Setiap bulannya ada uang saku yang diberikan oleh perpustakaan. Lumayan untuk tambahan biaya makan dan print-printan.

Dan sekarang masa jabatanku menjadi mitra pustakawan sudah habis. Tidak ada lagi pekerjaan sambilan yang bisa aku lakukan. Bukan aku tidak mau mencari pekerjaan yang lain. Tapi karena aku ingin fokus dengan belajarku. Aku merasa selama ini menjadi mahasiswa sekaligus pekerja sangatlah berat. Juga statusku sebagai santri pondok pesantren. Aku merasa kurang maksimal dalam belajar karena tubuh yang sering kecapean. Itulah yang kemudian membuatku banting stir, atau ubah strategi. Aku membuat proposal hidup ke Allah dengan meminta jalan mendapat beasiswa. Aku tidak ingin belajarku terganggu karena masalah finansial. Apalagi kedua orang tuaku yang semakin sering mengeluh karena letihnya bekerja. Bahkan di masa pendemi ini, bapak tidak lagi bisa bekerja. Aku pasrahkan semuanya ke Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Aku sedikit terpikir untuk mengajukan cuti kuliah semester depan kalau tidak lolos beasiswa ini. Aku berencana untuk mencari kerja atau apalah untuk bisa menebus UKT yang kau rasa terlalu besar. Aku sebenarnya mendaftar beasiswa ini diam-diam. Tidak meminta bantuan orang tua untuk mengurus berkas-berkas yang ada di rumah. Rupanya sudah ada banyak berkas persyaratan beasiswa yang sudah ada. Karena beberapa kali aku sudah mendaftar beasiswa aku selalu gagal.  Dan inilah kejutan Allah...

 

Senin, 22 Juni 2020 tepatnya pukul 16.45 aku membuka grup yang berisi anak-anak calon penerima BCB 2020. Melihat file SK yang sudah di share di sana, rasanya deg-degan tidak ada habisnya. Dan setelah berhasil mendownloadnya, aku cek satu persatu namanya. Dan ternyata memang ada namaku di sana.

 Sujud syukur aku haturkan kepada Allah Ta’ala. Teman-teman kamar pun ikut bahagia melihat aku bahagia. Setelah aku lihat kembali daftar namanya,

“LOH, ini namanya aku ko di kolom kampusnya bukan nama kampusku”

 Aku pun sedikit lemas. Aku scroll ke bawah lagi. Dengan perasaan yang kian berdebar. Ternyata tertulis namaku dengan nama PT ku di sana. Aku cek NIM dan jurusan. Ya ! ini aku !

Alhamdulillah Ya Rabb,,,,, (Tebak sendiri ya ekspresinya gimana)

Hal-hal yang tidak terlupakan dari proses seleksi BCB ini adalah saat seleksi wawacara.  waktu itu aku masih di rumah. Dan di sana itu sinyalnya susah sekali di akses. Aku pun di wawacara oleh pihak kampus ketika aku di bawah pohon cengkeh. Pohon itu letaknya di dekat tebing atas rumahku. Yaa, ini berkesan banget aseli ... Uhh, makin cinta saja sama Allah 

 

Begitulah sekiranya sedikit ceritaku. Jadi ada beberapa yang harus diambil dari sini ya. 

 Segala sesuatu yang baik pasti ada resikonya.  Proses adalah hal terpenting dalam belajar.  Teruslah berusaha, memataskan diri, bahwa kita adalah manusia yang diberi akal oleh Allah untuk berpikir. Jadilah orang yang pandai bersyukur. Bersabarlah atas apa yang sedang Allah berikan kepadamu. Libatkan Allah dalam segala aktivitas kita (nasehat untuk diri sendiri)

Terkhusus teman-teman yang masih belum berkesempatan mendapat beasiswa , tetap semangat. "Still Many ways to go to Succes !"


 #SelfReminder

#KeepFighting

Thank so much #LembagaBeasiswaBAZNAS

 

*Morning Person*

Note: Anggun itu singkatan dari Anak Nggunung ya. Jadi bukan nama asli

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Santri and Amateur Researcher

Diary Santri Covid-19

Semerbak Angin Perpisahan