Postingan

MENGEMBALIKAN TULANG JEMARI YANG PATAH

MENGEMBALIKAN JEMARI YANG PATAH   “Aku tidak bisa menulis. Tulang jemariku patah. Sibuk meninju kabar buruk”. Perkataan seseorang yang selalu terngiang di telingaku tiba-tiba tertanam subur di otakku. Seseorang yang selama ini aku jumpai melalui media sosial, tanpa tahu seperti apa aslinya. Parahnya, aku tidak tahu siapa dia dan dari mana asalnya. Hanya bermodal cerita temanku “Hei, Kak unyey ini enak sekali bahasanya, dia ternyata adiknya penulis kondang Indonesia loh”. Tanpa pikir panjang aku mencari akun Instagramnya. Setelah aku telusuri… Asik sekali. Akun dengan sedikit kata tapi tak pernah gagal mengungkapkan makna. Mulai saat itu aku mulai mengikuti setiap postingannya. Dari sekian tulisan yang beliau buat, tulisan itu yang menurutku paling berkesan. Karena cukup mewakili apa yang sedang saya rasakan. Bagiku, tulang jemari yang patah itu berarti menyembunyikan rasa sakit sendirian. Tidak ada keinginan pun berbagi cerita. Karena adanya rasa malas mengabadikan keadaan

USAHA PENYELAMATAN HATI

  Di tengah malam yang sunyi, aku tengah berdialog dengan diriku sendiri. Bukan dengan rembulan yang baru muncul setengah, ataupun bintang-bintang yang menyapa sedari tadi. Aku tidak membiarkan siapapun menyapa ruang hatiku. Karena suara siapapun itu tidak akan bisa menghentikan lamunan indahku. Menepi dari kisah drama yang tidak lagi menarik karena kisahnya tidak ada bedanya dengan kisah sebelumnya. Jatuh, belum sampai cinta. Begitu berulang kali sampai aku merasa mati rasa. Inilah pertama kalinya aku merasakan patah hati karena manusia. Sudah hampir satu tahun lamanya, aku mengalami trauma jatuh cinta. Karena usaha bertahun-tahun menjaga hati supaya tidak terjatuh kepada lubang yang bernama cinta, tapi ternyata aku termakan sendiri oleh kata-kata yang aku buat sendiri. Beberapa waktu yang lalu aku mendiagnosa diriku sendiri menderita Philopobhia. Ya, itu adalah penyakit ketakutan seseorang untuk jatuh cinta. Penyebabnya bisa karena trauma dengan masa lalu. Begitu yang terjadi sampa

My First Novel (Asmara Santri Professor)

Gambar
Tepatnya tanggal 13 November 2020, alhamdulillah novel pertama saya diterbitkan. Banyak orang yang tidak menduga termasuk teman-teman dekat saya. Mengingat perjalanan bagaimana saya menulis novel ini yang sebenarnya saya kerjakan dalam diam. Diam-diam menulis memang kegemaran saya sejak dulu. Saya hanya ingin memanfaatkan masa pandemi ini supaya produktif. Tepatnya pada malam takbiran Idul Fitri 144 H aku mulai menulis novel ini. Dua pekan pulang dari pesantren dan sudah menyelesaikan masa isolasi menjadi Orang Dalam Pantauan (ODP). menyambut hari raya, saya ingin sesuatu yang spesial. Dan mendadak saya melihat salah satu impian yang masih tertempel di dinding kamarku. Yaitu menjadi seorang penulis. Melihat impian tersebut ternyata aku teringat bagaimana perjalanan hidup saat ini. Aku tengah mengerjakan penelitian tentang penghafal Qur’an di pondok pesantren. Tertiba juga saya merasa rindu dengan kehidupan pondok pesantren. Karena di rumah sangat sepi, jadi saya memilih untuk bercerita

Diary Santri Covid-19

Ini hanya sepotong kisah "Diary Santi Covid-19" Karangsuci, 3 Oktober 2020 20.13   Alhamdulillahirabbil’alamin Nikmat Tuhan man ayang kau dustakan ? Saat ini aku tengah duduk di atas kursi ketinggian. Bukan, aku bukan sedang bicara soal jabatan. Aku hanya sedang diberi kesempatan oleh Tuhan. Mencicipi kursi nyaman dengan angin sepoi di atas lantai tiga. Ini bukan lagi komplek Khodijah, tapi di lain tempat yang rupanya sama-sama indah. Rusunawa. Ya, sudah dua hari aku berada di tempat ini. Menikmati hidup yang begitu nikmat. Tentang skenario Allah yang selalu memikat.  Hussss… Hembusan angin malam ini sungguh membuat aku nyaman. Seolah membawaku ke dalam dunia yang tidak lagi ada siapa-siapa. Kecuali aku dan Engkau… Jujur sampai detik ini aku masih bingung, bagaimana aku harus menyatakan syukur yang sebenarnya. Aku ini… aaaarghh… entah hamba macam apa. Sampai umur ku di 21 tahun ini, masih saja menjadi hamba yang kurang bersyukur. Menyatakan membuktikan sebuah rasa cinta saja

Seni Memahami Lelaki

  Tulisan ini, saya buat di siang hari. Setelah makan kenyang dan hati senang. Saya tidak akan menceritakan apa yang baru saja aku makan. Karena nanti mbok kalian iri, karena saya makannya enaaak bangettt. Bayangin gaes, makan nasi pulen, sayur bayem anget, ikan bandeng, tahu enak, telur gurih. Eh, ada susu sama buah pepaya. Udah itu makan vitamin, dan… lohh ko saya jadi cerita ya. Padahal tadi bilang ndak mau cerita… hehe Yaps… Beginilah tabiat seorang wanita. Menurut saya, sangatlah wajar jika seorang wanita dikatakan mudah cerewet, baper, atau sejenisnya. Karena saya sendiri pun terkadang seperti itu. Bilangnya tidak suka dipuji, tapi kalau sekali di puji bapernya berkali-kali. Bilangnya ndak apa-apa, padahal pengin apa-apa, bahkan segalanya. Dududuhh, nanti malah memperpanjang cerita tentang wanita. Padahal ini judulnya “Seni Memahami Lelaki”. Skip   Kenapa saya menulis demikian ? karena ini ada kaitannya dengan kejadian tadi pagi. Huft… saya ambil napas dulu ya…   Jadi gini tadi p

Santri and Amateur Researcher

Gambar
  Menjadi apa yang saya sanggupp untuk berproses, itulah tujuan hidup saya     Tulisan ini saya buat sehari setelah pelaksanaan International Conference on Teaching Education and Social Studies 2020. Ya, tepat sehari yang lalu saya mengikuti kegiatan tersebut. Ada yang bertanya, kenapa bisa mengikuti konferensi internasional terindeks scopus ini ? Padahal saya masih mahasiswa yang baru akan memulai semester 5 yang seharusnya belum mendapat mata kuliah metode penelitian. Singkatnya, akan saya jawab dengan: “Ya, karena bejo saja” Memang itulah benarnya. Allah memberi kesempatan kepada saya untuk merasakan konferensi internasinal dimana pesertanya kebanyakan adalah para dosen. “BEJO” adalah kata yang tepat karena bejo yang saya maksud adalah bertemunya antara kesiapan dan kesempatan. Bagi saya, tidak mungkin mendapatkan sebuah  keberuntungan kecuali orang tersebut sudah siap dan adanya kesempatan yang Allah berikan. Saya sudah mengambil mata kuliah metode penelitian kualitatif terlebih da